Tari Piring
Sejarah
Setelah masuknya islam ke Minangkabau, tradisi tari piring tidak lagi digunakan sebagai ritual ucapan rasa syukur kepada dewa-dewa[3].
Akan tetapi, tari tersebut digunakan sebagai sarana hiburan bagi
masyarakat banyak yang ditampilkan pada acara-acara keramaian.
Gerakan
Gerakan tari piring pada umumnya adalah meletakkan dua buah piring di atas dua telapak tangan yang kemudian diayun dan diikuti oleh gerakan-gerakan tari yang cepat, dan diselingi dentingan piring atau dentingan dua cincin
di jari penari terhadap piring yang dibawanya. Pada akhir tarian,
biasanya piring-piring yang dibawakan oleh para penari dilemparkan ke
lantai dan kemudian para penari akan menari di atas pecahan-pecahan piring tersebut[4].
Tarian ini diiringi oleh alat musik Talempong dan Saluang.
Jumlah penari biasanya berjumlah ganjil yang terdiri dari tiga sampai
tujuh orang. Kombinasi musik yang cepat dengan gerak penari yang begitu
lincah membuat pesona Tari Piring begitu menakjubkan. Pakaian yang
digunakan para penaripun haruslah pakaian yang cerah, dengan nuansa
warna merah dan kuning keemasan.
0 komentar:
Posting Komentar